Langsung ke konten utama

KEARIFAN LOKAL: POTENSI DAN DAYA TARIK APAM BARABAI SEBAGAI PIDUDUK (PELENGKAP) UTAMA TRADISI SELAMATAN ORANG BANJAR SEKALIGUS PENGGERAK PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

KEARIFAN LOKAL: POTENSI DAN DAYA TARIK APAM BARABAI SEBAGAI PIDUDUK (PELENGKAP) UTAMA TRADISI SELAMATAN ORANG BANJAR SEKALIGUS PENGGERAK PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Oleh: Rima Maulida/ Nim: 180105010074

Abstrak:

Indonesia merupakan negara yang sangat luas terbentang dari sabang sampai Merauke. Beraneka ragam suku, budaya dan agama. Agama yang paling dominan di negara Indonesia adalah Islam. Dalam penelitian atau artikel ini dinyatakan kearifan Lokal yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah termasuk dalam kelompok panganan tradisional yaitu Apam Barabai, memiliki daya tarik dan berpotensi sebagai penggerak perekonomian warga masyarakat Hulu Sungai Tengah. Karena memang Apam Barabai selalu menjadi pelengkap utama dari acara-acara selamatan (hajatan/aruh) besar yang ada di Kalimantan Selatan. Ditinjau dari perspektif islam sendiri Jual beli Apam Barabai termasuk dalam konsep mu'malah yaitu pada transaksi jual beli, dan apabila ditinjau dari perspektif hukum islam maka tradisi selamatan Orang Banjar dengan piduduk Apam Barabai tidak mengandung unsur syirik, karena pada acara selamatan semata-mata ditujukan untuk meminta perlindungan dan pertolongan dari Dzat yang Maha Tunggal, yaitu Allah SWT. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya Apam Barabai berperan dalam penggerak perekonomian masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Kata Kunci: Kearifan Lokal, Apam Barabai, Piduduk, Selamatan, Ekonomi

Abstract:

Indonesia is a very large country stretching from Sabang to Merauke. Various ethnicities, cultures and religions. The most dominant religion in Indonesia is Islam. In this research or article, it is stated that local wisdom in Hulu Sungai Tengah Regency is included in the traditional food group, namely Apam Barabai, has an attraction and has the potential to drive the economy of the residents of the Hulu Sungai Tengah community. because indeed Apam Barabai has always been the main complement to the big congratulations (hajatan / aruh) events in South Kalimantan. In terms of Islamic perspective itself, the sale and purchase of Apam Barabai is included in the concept of mu'malah, namely in buying and selling transactions, and when viewed from the perspective of Islamic law, the tradition of congratulating the Banjar people with Apam Barabai's occupation does not contain elements of shirk, because in the event of salvationsolely intended to ask for protection and help from the Supreme Being, namely Allah SWT. .This study uses a qualitative method with a literature study approach. The results of this study indicate that Apam Barabai plays a role in driving the economy of the people of Hulu Sungai Tengah Regency.

Keywords: Local Wisdom, Apam Barabai, Piduduk, Selamatan, Economy

PENDAHULUAN

        Indonesia merupakan negara yang sangat luas terbentang dari sabang sampai Merauke. Beraneka ragam suku, budaya dan agama. Agama yang paling dominan dinegara Indonesia adalah Islam.  Islam memiliki beraneka ragam budaya, seperti hari besar Islam hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha (membuat ketupat, saling berkunjung, ziarah ke makam dan lain-lain), serta budaya Maulid (memperingati hari lahirnya nabi Muhammad saw), haulan, acara pernikahan dan acara-acara lainnya.

        Barabai yang biasa disingkat dengan BRB adalah sebuah kecamatan sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Barabai terletak di tepi sungai Barabai dan berjarak sekitar 165 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi (sekitar 4 jam dengan mengendarai mobil). Barabai berada di bawah kaki Pegunungan Maratus yang membujur dari selatan ke utara pulau Kalimantan.

        Secara topografi, kabupaten ini terdiri atas tiga kawasan yaitu kawasan rawa, dataran rendah dan wilayah pegunungan Meratus. Semua itu berada pada ketinggian dari 9,53 mdpl (kecamatan Labuan Amas Utara), 25 m dpl (kecamatan Barabai), 330 m dpl (kecamatan Batang Alai Timur) dan 1.894 m dpl di gunung Halau-halau (gunung Besar dari Pegunungan Meratus).  Memiliki dua kawasan hutan lindung yakni kawasan hutan lindung Meratus di kecamatan Batang Alai Timur dan kawasan hutan lindung di Gunung Titi di kecamatan Limpasu. Sedangkan aliran sungai kabupaten ini dialiri oleh dua sungai yaitu sungai Batang Alai dan sungai Barabai. Kota Barabai memiliki dua iklim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.[1]

         Kota Barabai juga memiliki makanan khas yang cukup terkenal yaitu Apam Barabai. Yang mana makanan atau panganan tradisional ini selalu menjadi pelengkap disaat ada acara-acara selamatan (hajatan) orang Banjar, baik acara selamatan besar ataupun kecil. Seperti acara, haulan, betamat, beayun maulid, bamandi-mandi ataupun acara-acara lainnya. Tentunya tak heran panganan tradisional ini menjadi primadona di Kalimantan Selatan, perekat persatuan dalam keagamaan dan sekaligus penggerak perekonomian bagi masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya untuk masyarakat Hulu Sungai Tengah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menulis artikel yang berjudul “Kearifan Lokal: Potensi dan Daya Tarik Apam Barabai sebagai Piduduk (Pelengkap) Utama Tradisi Selamatan Orang Banjar Sekaligus Penggerak Perekonomian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.

 

METODE PENELITIAN:

        Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka atau studi kepustakaan yaitu berisi teori teori yang relevan dengan masalah – masalah penelitian.Penulis menggali informasi berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian.

        Kajian pustaka atau studi pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalahmengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Sehingga dengan menggunakan metode penelitian ini penulis dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kearifan Lokal

        Kearifan lokal merupakan kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai agama dan berbagai nilai kebaikan yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Pedoman nilai-nilai kearifan lokal merupakan kriteria yang menentukan kualitas tindakan manusia. Sebagai sebuah kriteria yang menentukan, nilai-nilai kearifan lokal bisa menjadi sebuah pijakan untuk pengembangan sebuah pembelajaran yang lebih berkarakter. Kebermaknaan pembelajaran dengan lingkup kearifan lokal akan menampilkan sebuah dimensi pembelajaran yang selain memacu keilmuan seseorang, juga sekaligus bisa mendinamisasi keilmuan tersebut menjadi kontekstual dan ramah budaya daerah.

        Agama dan masyarakat Banjar merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Banjar itu sendiri. Pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan, memiliki kebudayaan yang beraneka ragam dan erat hubungannya dengan agama. Masyarakat Banjar mayoritas beragama Islam. Peringatan hari besar Islam pun masih sangat dijunjung tinggi dan  dilestarikan oleh orang Banjar. Adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun tersebut merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Agar generasi penerus asli Banjar dapat mengetahui dan ikut serta melestarikan. Selain itu, agar kearifan lokal Banjar juga dapat diketahui masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia bahwa Indonesia itu kaya akan keanekaragaman. Namun juga tidak melupakan sisi baik yang terkandung dalam nilai-nilai agama.[2]

Apam Barabai

        Barabai adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, secara geografis Kota Barabai terletak di sebelah utara dan berjarak sekitar 165 km dari Ibukota Kalimantan Selatan, yaitu Banjarmasin. Seperti daerah-daerah lainnya Barabai pun mempunyai banyak sekali kearifan lokal, salah satunya adalah terdapat pada sektor panganan tradisional, yaitu Apam Barabai. Apam Barabai selalu ada dan menjadi pelengkap dalam setiap acara-acara sakral yang sering diselenggarakan oleh masyarakat Kalimantan Selatan khususnya wilayah Hulu Sungai, tak terkecuali Kota Barabai yang memang menjadi Sentral dari pembuatan panganan tradisional ini.

        Sudah sejak lama Apam barabai yang selama ini dikenal sebagai salah satu ciri kue khas Kota Barabai. Maka tidak salah kalau sekarang Kota barabai memiliki pasar khusus menjual penganan khas ini. Tapatnya di pasar apam samping Terminal Karamat Barabai. Sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah membuat pasar ini dengan membangun kios-kios dan kemudian merelokasi para pedagang apam yang selama ini berjualan di dalam Pasar Hanyar Barabai menuju tempat yang sekarang menjadi kawasan Pasar Apam Barabai. Keberadaan pasar ini sangat bermanfaat bagi para pembeli terutama dari luar daerah apalagi yang menggunakan angkutan umum. Karena semua angkutan umum yang melewati Kota Barabai diharuskan masuk ke terminal ini. Kue ini sering dicari pembeli terutama dari luar kota yang melewati kota ini sebagai panganan yang akan dimakan selama berada dalam perjalanan, juga sebagai oleh-oleh dari Barabai. Karena rasanya yang khas dan daya tahan kue ini yang lumayan lama hingga 24 jam tidak heran banyak pembeli yang membeli kue ini sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke luar daerah hingga luar propinsi seperti  Kalimantan timur atau daerah di Kalimantan tengah. Menurut Mastura, salah satu pedagang Pasar Apam menyatakan bahwa keberadaan pasar ini sangat bermanfaat bagi para pembeli dari luar kota, bahkan ada pembeli dari Grogot dan Balikpapan sengaja singgah di pasar ini hanya untuk membeli kue apam sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman mereka masing-masing. Karena daya tahan kue ini hingga dua hari apabila dipanaskan. Penghasilan berjualan apam ini pun sangat lumayan hingga 500 ribu rupiah perharinya. Apalagi bila musim ramai hingga jutaan rupiah per-harinya. Lanjut beliau. Keberadaan pasar ini juga menjadi salah satu pendapatan asli daerah yang memberikan kontribusi yang cukup besar. Dengan mematok pungutan sebesar 500 rupiah per meter persegi untuk satu hari. Menjadikan pasar ini sebagai salah satu pendapatan asli daerah kabupaten Hulu Sungai Tengah.[3]

Piduduk Tradisi Selamatan

        Setiap orang yang memiliki darah keturunan suku Banjar pasti mengetahui bahwa dalam budaya yang diwarisi dari para nenek moyangnya ada tradisi yang masih melekat dalam kehidupan sebagian orang yang tidak mudah dilupakan dan ditinggalkan. Terutama dalam menjalani acara-acara hajatan yang melibatkan keluarga, tetangga, handai taulan maupun para kerabatnya, seperti acara pernikahan, memberi nama bayi (tasmiyah) dan naik ayunan, selamatan menempati rumah baru, mandi-mandi 7 (tujuh) bulanan bagi wanita hamil, serta banyak lagi yang lainnya. Bahkan untuk merias pengantin pun disediakan piduduk secara khusus pula. Salah satu budaya yang menjadi tradisi tersebut yang sepertinya terus dilakoni itu diberi nama dalam bahasa banjar disebut dengan nama Piduduk.[4]

        Tradisi piduduk merupakan tradisi masyarakat Banjar yakni tradisi di mana seorang apabila ingin melakukan suatu acara atau hajatan seperti acara dalam pernikahan adat Banjar, maka yang mempunyai acara tersebut menyediakan tempat dan bahan-bahan yang ingin dijadikan piduduk tersebut. Adapun Piduduk dalam tradisi selamatan ini beraneka ragam mulai dari kelapa, ketan, apam dan lain-lain tergantung keinginan dari tuan rumah atau orang yang mengadakan selamatan. Selamatan dapat diartikan meminta perlindungan dan keselamatan dari Allah Ta'ala dengan membacakan doa selamat, dan setelah selesai pembacaan doa selamat dilanjutkan dengan acara makan-makan oleh warga sekitar di tempat acara selamatan tersebut. Adapun acara selamatan yang tergolong besar di Kalimantan Selatan adalah, acara Beayun Maulid, acara pernikahan dan juga acara haulan. Seperti Beayun Maulid dan Haul Tuan Guru terkemuka di Kalimantan Selatan yang dihadiri puluhan ribu orang.

Potensi dan Daya Tarik Apam Barabai sebagai Penggerak Perekonomian

        Dalam kegiatan ekonomi ini, faktor produksi merupakan urat nadi dalam kegiatan ekonomi. Sebab, tidak akan pernah ada kegiatan konsumsi, distribusi, ataupun perdagangan barang dan jasa tanpa diawali oleh proses produksi. Dalam istilah ekonomi, kegiatan produksi merupakan suatu proses (siklus) kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan secara optimal memanfaatkan faktor-faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu tertentu.

        Oleh karenanya dalam kegiatan ekonomi, termasuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang jelas-jelas merupakan elemen kehidupan manusia, terutama pemenuhan makanan tentunya memerlukan proses produksi dan faktor-faktor produksi. Akan tetapi, persentase kebutuhan yang dimiliki manusia sendiri sangat beragam. Kita juga harus memilih penggunaan uang kita untuk membeli barang atau jasa yang memang kita butuhkan. Dalam menentukan pilihan, kita juga harus menyeimbangkan antara kebutuhan, preferensi dan ketersediaan bahan. Karena itu, kaum muslimin harus memaksimalkan potensi yang ada unsur dijadikan sebagai sarana untuk penopang hidup. Salah satunya adalah usaha atau kegiatan ekonomi pembuatan kue “apam Barabai”.

        Mengenai aktivitas produksi apam Barabai di wilayah Kalimantan Selatan yang menjadi daerah sentra penghasilnya adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang terpusat di Kecamatan Barabai. “Apam Barabai”sendiri merupakan makanan khas di Bumi Murakata, dan merupakan usaha makanan/kue yang tergolong usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang banyak dilakukan masyarakat.

        Sebagai ciri khas kota Barabai dan biasa menjadi oleh-oleh masyarakat Barabai yang tinggal di luar Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka termasuk kue yang banyak dibeli dan dicari masyarakat. Menyikapi hal tersebut, maka semenjak tahun 2002 Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah kemudian membuat pasar khusus penjualan “apam Barabai”, dengan membangun kios-kios untuk berjualan dan merelokasi pegadang apam yang selama ini terpisah-pisah dan tidak punya tempat memadai.Dengan penyediaan tempat khusus kios penjualan “apam Barabai” yang berada di tepi jalan wilayah pasar Baru dan bersebelahan terminal, orang akan mudah membeli “apam Barabai”. Apalagi angkutan umum akan melewatinya.

        Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun, keberadaan “apam Barabai” sebagai panganan khas banyak yang mencarinya bahkan setiap tahun semakin meningkat. Selain itu, dengan rasanya yang khas dan waktunya cukup bertahan lama sampai 24 jam, sehingga enak dikonsumsi. Tidak heran apabila banyak pembeli yang memang warga Hulu Sungai Tengah sendiri atau warga daerah lain menjadikannya sebagai oleh-oleh apabila ingin pulang ke tempat menetapnya sekarang, seperti ke Banjarmasin, Palangkaraya dan Samarinda.[5] Usaha apam Barabai ini cukup laris, bahkan terkadang  ada kalanya penjual kesulitan memenuhi permintaan pasar jikalau ada pesanan dalam jumlah yang banyak. Biasanya sejak jam 4 pagi para penjual Apam sudah membuat apam Barabai dan ketika pukul 5.30 pagi, kemudian apam Barabai yang telah dibuat dijajakan oleh orang yang biasa menjajakan apamnya tersebut di pasar.

        Adapun wawancara dengan si penjaja apam (Rasidah) , biasanya setiap hari ia menjajakan apam Barabai buatan penjual (Hj. Idawati) sekitar 30 bungkus, dengan harga modal Rp. 4.600,- perbungkusnya, kemudian dijual dengan harga Rp. 6.000,- perbungkusnya. Kebiasaan ini sudah berjalan dan dilakoni penjaja (Rasidah) selama 7 tahun. Dari penjualan apam Barabai tersebut menurutnya cukup lumayan untuk keperluan hidupnya, sebab tuturnya apam buatan Hj. Idawati memang cukup laris dan enak dimakan. Adapun total penghasilan perharinya tutur Rasidah sekitar Rp. 180.000,-,kemudian dikurangi modalnya Rp. 138.000,-,  yaitu Rp. 42.000,-. Dengan penghasilan rata-ratanya perbulan adalah Rp. 42.000,- x 30 hari = Rp. 1.260.000,- meskipun terkadang ada juga ia tidak berjualan. Bagi Rasidah, selama kurun waktu 7 tahun menjualkan apam Barabai buatan Hj. Idawati memang sangat besar peranannya untuk menunjang perekonomian keluarganya. Sebab merupakan mata pencaharian utama keluarganya. Apalagi ia sendiri berstatus janda, sehingga dengan berjualan apam tersebut menjadi andalan penghasilan keluarganya.

        Bagi Hj. Idawati, usaha apam Barabai ternyata sangat besar peranannya untuk menunjang perekonomian keluarganya. Sebab membuat dan menjual apam Barabai merupakan pekerjaan utama keluarganya semenjak lama, bahkan suaminya juga ikut membantu dengan mencampur bahan-bahan pembuatan apam. Selain itu, usaha apam Barabai itu pulalah yang membuatnya dapat menunaikan ibadah haji, renovasi rumah, dan sebagai sumber penghasilan sehari-hari. Dari hasil penjualan apam Barabai perharinya ia memperoleh keuntungan dari menjual sendiri sekitar Rp. 140.000,- (Rp. 6.000 – Rp. 4.000 = Rp. 2.000,- x 70 bungkus) dan keuntungan yang dijual oleh Rasidah sekitar Rp. 18.000,- (Rp. 4.600 – Rp. 4.000 = Rp. 600,- x 30 bungkus = Rp. 18.000,-). Dengan demikian penghasilan rata-ratanya perbulan adalah Rp. 140.000,- x 30 hari = Rp. 4.200.000,- dan dari hasil penjualan Rasidah Rp. 18.000,- x 30 hari = Rp. 540.000,-. Jadi penghasilannya sebulan diperkirakan Rp. 4.740.000,- meskipun terkadang ada juga ia tidak berjualan.[6]

        Adapun hasil penjaja ataupun penjual lain berdasarkan hasil wawancara berada dikisaran  Rp. 1.000.000 ,- sampai Rp. 2.000.00,- untuk penjaja dan Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 4.000.000 ,- untuk penjual/orang yang memproduksi. Tentunya hal ini membuktikan bahwasanya penjualan Apam barabai merupakan sektor kearifan lokal yang merupakan penggerak perekonomian warga masyarakat Kab. Hulu Sungai Tengah.

Tinjauan Islam terhadap Kearifan Lokal Apam Barabai

        Ditinjau dari perspektif islam, pada dasarnya kearifan lokal dari produksi Apam Barabai ini, mengandung konsep mu’amalah yaitu pada kegiatan transaksi jual beli. Adapun muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat,karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan manusia lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan demi kemaslahatan bersama. Secara umum muamalah mencakup dua aspek, yakni aspek adabiyah dan madaniyah.  Mu’amalah terdiri atas dua aspek adabiyah yakni kegiatan muamalah yang berhubungan dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya menghargai sesama, kejujuran, saling meridhoi, kesopanan, dan sebagainya. Sedangkan aspek madaniyah adalah aspek yang berhubungan dengan kebendaan, seperti halal haram, syubhat, kemudharatan, dan lainnya.[7]

        Dalam istilah syariat, transaksi jual beli dikenal dengan istilah ­al-Bai’. Istilah tersebut berasal dari bahasa arab باع-يبيع-بيعا, artinya menjual-penjualan. Lawan katanya adalah asy-Syira’, artinya membeli-pembelian. Meski kedua istilah tersebut memiliki definisi yang berlawanan, namun para ulama menganggapnya sama saat membahas masalah fikih jual beli. Sementara al-Bai’ lebih sering digunakan untuk mengistilahkan jual beli.[8]

        Ibnu Qudamah mengatakan bahwa pengertian jual beli secara istilah adalah, “Pertukaran harta dengan harta dengan ketentuan memiliki dan memberikan kepemilikan.” Disebut jual beli karena salah satu dari dua orang yang melakukan akad tersebut bersepakat untuk mengambil dan memberi. Dalam artian mereka saling ridha di antara si penjual dan pembeli. Sebagaimana dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga pernah bersabda,

اِنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ

“Sesungguhnya transaksi jual beli itu saling ridha.” (Al-Jami’ ash-Shaghir, 1/102)

        Transaksi Apam Barabai ditinjau dalam perspektif islam dan ekonomi memiliki keabsahan dalam transaksi jual belinya, memenuhi hukum akad yaitu terpenuhinya akad yaitu Ijab dan Qabul seperti pelafalan kalimat “Jual” oleh si Penjual dan “Tukar” bagi yang membeli, menggunakan barang yang tampak dan jelas sehingga tidak menimbulkan unsur gharar. Selain itu jika ditinjau dari perspektif syariat acara selamatan orang Banjar tidak mengandung unsur syirik, karena pada acara selamatan semata-mata ditujukan untuk meminta perlindungan dan pertolongan dari Dzat yang Maha Tunggal, yaitu Allah SWT.

 

KESIMPULAN

        Dalam penelitian atau artikel ini dinyatakan kearifan Lokal yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah termasuk dalam kelompok panganan tradisional yaitu Apam Barabai, memiliki daya tarik dan berpotensi sebagai penggerak perekonomian warga masyarakat Hulu Sungai Tengah. Karena memang Apam Barabai selalu menjadi pelengkap utama dari acara-acara selamatan (hajatan/aruh) besar yang ada di Kalimantan Selatan. Ditinjau dari perspektif islam sendiri Jual beli Apam Barabai termasuk dalam konsep mu'malah yaitu pada transaksi jual beli, dan apabila ditinjau dari perspektif hukum islam maka tradisi selamatan Orang Banjar dengan piduduk Apam Barabai tidak mengandung unsur syirik, karena pada acara selamatan semata-mata ditujukan untuk meminta perlindungan dan pertolongan dari Dzat yang Maha Tunggal, yaitu Allah SWT.

 

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dan Skripsi

Desy Anindia Rosyida, "Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan Sosial Masyarakat        Banjarmasin" Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Banjarmasin. 2020.

Imam Al Qarafi, Al Furuq, Juz. 1,. Darul Kutub Al 'Ilmiyah. Beirut. 1418 H-1989 M. Tahqiq: Khalil Al Manshur.

Muhammad Hasan Fauzi, “Tradisi Piduduk dalam Pernikahan Adat Banjar Perspektif Ulama Palangkaraya” Skripsi S1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Palangkaraya, 2018.

 

Muhammad Syahrifani, “Peranan Usaha Apam Barabai untuk Menunjang Perekonomian Pengusaha di Barabai” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Antasari Banjarmasin. 2011.

Syarifuddin, “Peran Budaya Maulid dalam Merekatkan Hubungan Sosial Masyarakat Barabai Utara (Studi Deskriptif Analisis terhadap Pengembangan Nilai-Nilai Budaya Pendidikan IPS)” Jurnal STIQ Amuntai

 

Internet

http://galeribanua.blogspot.com/2011/10/apam-barabai.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muamalah

https://www.dakwah.id/transaksi-jual-beli-definisi-hikmah/


[1] Syarifuddin, “Peran Budaya Maulid dalam Merekatkan Hubungan Sosial Masyarakat Barabai Utara (Studi Deskriptif Analisis terhadap Pengembangan Nilai-Nilai Budaya Pendidikan IPS)” Jurnal STIQ Amuntai, h. 1-2.

[2] Desy Anindia Rosyida, "Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Banjarmasin" Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Banjarmasin. 2020. h. 4.

[3] http://galeribanua.blogspot.com/2011/10/apam-barabai.html?m=1, di akses pada Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 09.31 WITA.

[4] Muhammad Hasan Fauzi, “Tradisi Piduduk dalam Pernikahan Adat Banjar Perspektif Ulama Palangkaraya” Skripsi S1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Palangkaraya, 2018. H. 42.

[5] Muhammad Syahrifani, “Peranan Usaha Apam Barabai untuk Menunjang Perekonomian Pengusaha di Barabai” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Antasari Banjarmasin. 2011. H. 2-4.

[6] Ibid. h. 39-40.

[7] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muamalah, di akses pada Minggu, 10 Januari 2021 pukul 01.30 WITA

[8] https://www.dakwah.id/transaksi-jual-beli-definisi-hikmah/, di akses pada Minggu, 10 Januari 2021 pukul 01.37 WITA

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 HADIS-HADIS TENTANG EKONOMI

1. Hadis tentang Produksi حَدَّثَنَا يَزِيْدُ حَدَّثَنَا الْمَسْعُوْدِيُّ عَنْ وَائلٍ أَبِيْ بَـكْرٍ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعِ بْنِ خَدِيْجٍ عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيْجٍ قَالَ ياَرَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ الْـكَسْبِ أَطْيَبُ قَال عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُـلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ  (رواه أحمد) Artinya:   Telah menceritakan kepada kami Yazid telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari Wa’il Abu Bakr dari Abayah bin Rifa’ah bin Rafi’ bin Khadij dari kakeknya Rafi’ bin Khadij dia berkata, “Dikatakan, “Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?” beliau bersabda: “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.”  (HR Ahmad). 2. Hadis tentang Konsumsi عَنِ المِقْدَامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَد

KANDUNGAN SURAH AL-BAQARAH AYAT 188 BESERTA CONTOH PERILAKU EKONOMINYA

 QS. Al Baqarah (2) : 188 وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ ﴿١٨٨﴾ 188. Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. Kandungan Q.S. Al-Baqarah ayat 188 1. Tafsir Jalalain (Dan janganlah kamu memakan harta sesama kamu), artinya janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain (dengan jalan yang batil), maksudnya jalan yang haram menurut syariat, misalnya dengan mencuri, mengintimidasi dan lain-lain (Dan) janganlah (kamu bawa) atau ajukan (ia) artinya urusan harta ini ke pengadilan dengan menyertakan uang suap (kepada hakim-hakim, agar kamu dapat memakan) dengan jalan tuntutan di pengadilan itu (sebagian) atau sejumlah (harta manusia) ya

Kong A-Seng dan Perangai Kemanusiaan: Hidupi 7 Anak Yatim dan Biayai Pendidikan Mereka

Bumi sudah semakin tua, begitupula dengan kita. Sore itu menjadi awal pertemuan kami berdua. Saya dan Kong A-Seng.  Sore itu saya dan rekan-rekan aliansi mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin tengah melakukan penggalangan dana untuk korban kebakaran yang ada di Kotabaru, tepatnya sumbangan ini akan di alokasikan kepada Masyarakat Fatmaraga, Pulau Laut Barat yang terdampak kebakaran. Lumayan banyak 159 rumah hangus terbakar tentu menyisakan luka untuk para korban dan menyebabkan rasa empati untuk khalayak ramai, tak terkecuali untuk kawan-kawan mahasiswa UIN Antasari. Semuanya bahu membahu memberikan segala yang terbaik, sumbangan moril ataupun materiel. Posisi saya kala itu tepat berada pada garis putih di tengah jalan raya (sekitar Fly over Jl. Ahmad Yani Km. 4,5) merengkuh kotak dan acapkali menyodorkannya kepada mobil-mobil yang tengah berhenti di perempatan jalan, sambil sesekali saya memijat-mijat bahu sebelah kanan dengan tangan kiri waktu itu saya baru sampai di Banjarmasin setela